Perjalanan Ketaatan

      

Nama saya Meli, saya berusia 19 tahun dan saya berasal dari Bentot, Kalimantan Selatan. Saya sudah lama mengikuti Fire Generation. Awal mula saya mengikutinya di sebuah Retreat Encounter di Km Nol. Waktu itu saya bertemu Tuhan pribadi dan Tuhan menaruh dalam hati saya bahwa saya mempunyai tujuan hidup.

Waktu saya sekolah saya hanya taat saja untuk doa sekolah. Ketika banyak yang menolak dan tidak mau ikut, saya  tetap  doa sekolah. Dan ketika banyak kakak – kakak kelas saya yang ikut doa sekolah, sudah mulai lulus, tinggal saya yang berdoa sendirian. Saya tidak hanya mengalami penolakan, tetapi saya juga tidak diperkenankan untuk doa sekolah. Satu – satu nya tempat yang bisa saya pakai hanya toilet sekolah. Tetapi Tuhan katakan kepada saya walaupun tempat ini bau dan tidak layak, tetapi aku lihat hatimu. Ketika tahun 2016, di Fire House Bentot, mulai banyak anak – anak yang mundur, membuat saya juga sangat tertekan dan hampir menyerah. Tetapi yang saya tanamkan dalam hati saya, taat saja.

Suatu ketika, saya mendapat mimpi, saya melihat anak Papua. Anak itu kelaparan, tidak pakai baju dan anak itu bertanya kepada saya “kak, kamu balik kesini lagi kan?” dan ketika itu saya jawa, saya akan kembali lagi nak, saya akan kembali lagi untuk kamu. Saya tahu mimpi saya ada maksud Tuhan. Tetapi berjalannya waktu saya lari dari panggilan itu. Tidak hanya sekali, tetapi berkali – kali saya lari dari panggilan ini. Bahkan saya marah kepada Tuhan, saya merasa berjuang sendirian dan juga saya harus melihat mamah saya sakit, ekonomi keluarga saya juga buruk. Saya tidak bisa melanjutkan kuliah saya.

Sampai satu titik saya ditemui Tuhan secara pribadi dipanggilanNya yang ketiga. Saya memutuskan untuk sekolah missi di Kudus. Disana saya melihat bagaimana orang-orang yang mebutuhkan Tuhan. Ketika saya mulai melangkah dalam panggilan ini, tiba – tiba saya di telfon mamah saya dari Kalimantan ketika saya di Kudus, mamah bilang, mamah sudah sembuh total. Kanker yang ada ditubuh mamah sudah benar – benar hilang. Ini bukan saya, tetapi mujizat Tuhan yang terjadi ketika kita memenuhi panggilan.

Banyak yang bilang saya ini masih muda, masih bisa melanjutkan hidup dengan kuliah Kimia yang saya inginkan maupun menikmati kehidupan masa muda saya. Tetapi saya mengambil sebuah keputusan ketaatan dengan sekolah missi. Yang saya pegang adalah firman Tuhan, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda”. Meskipun aku muda, tapi Tuhan mau pakai aku. Jangan pandang berapa usiamu, tapi Tuhan melihat hatimu dan Tuhan mau pakai kita.

Ketika saya diutus ke sebuah tempat di pedalaman Kalimantan, saya melayani sekolah – sekolah dengan cara lain. Saya katakan bahwa saya mau penyuluhan narkoba, tetapi di dalam penyuluhan itu saya selipkan sedikit Firman Tuhan. Saya tidak langsung katakan Firman Tuhan dengan ayat, tetapi saya selipkan tentang hati nurani. Sungguh hal yang diluar ekspektasi saya, anak- anak yang ada di sekolah – sekolah itu menangis ketika saya sampaikan sedikit tentang kebenaran firman Tuhan, hati nurani.  Ketaatan sederhana yang dapat merubah anak – anak yang tidak tahu kebenaran firman Tuhan.

Selain itu ketika saya di desa, Tuhan suruh saya untuk membuka taman bacaan. Tanpa modal buku, hanya sebuah hp saya hanya taat saja. Dan benar saja, beberapa anak datang kepada saya, mereka meminta tolong saya untuk membantu mengerjakan PR maupun tugas rumah lainnya. Dari hal itu saya bisa memberkati anak – anak itu. Sebuah langkah ketaatan yang saya ambil ini justru membuat hidup saya sangat menyenangkan. Mungkin banyak hal yang membuat saya ragu, tetapi saya percaya Tuhan melihat anak – anakNya yang mau taat dan setia melangkah.

” Tuhan tidak memandang kita dari mana, Tuhan hanya melihat hati kita. Jangan lari dari panggilanNya. “

“Tuhan memilih dan memakai yang mau, bukan yang mampu.”